⠀ ⠀ * Pun dari sisa kalimat yang bisa ia ucap hari ini, setidaknya Dainsleif bisa mengucap tanya. Pertanyaan yang sama dengan isi kepala pengembara. Ia tidak peduli bila pada ujungnya tidak menemukan jawaban. Rupanya Dainsleif hanya ingin mendengar langsung sang mantan rekan bersuara. ⠀ ⠀
⠀ ⠀ * "Kau terlalu percaya diri." Berbeda dengan skema sebelumnya, kali ini takdir yang menggariskan reuni. Semakin banyak mulutnya terbuka, semakin sesak diafragma. Ia boleh abadi, namun luka fisik di atas tubuh masih menyiksa. "Apa yang akan kau lakukan dengan pemintal takdir?" * ⠀ ⠀
⠀ ⠀ Twilight Sword, Dainsleif, mendengus lantaran paham sekali seberapa perkasa rahayu blonda di hadapannya. Bila ia nekat bertarung sekali lagi, mungkin raga ini sendiri yang akan luluh lantak seperti bangsanya. * ⠀ ⠀
⠀ ⠀ ✦ Jadi itu yang ada di dalam dirimu. ⠀ ⠀
⠀ ⠀ * "Melakukan sesuatu yang saudaramu sebut dengan istirahat," dahulu, lima ratus tahun lalu, kata istirahat tiada mungkin terucap oleh sang Twilight Sword, "...sejenak," imbuhnya. Lantaran istirahatnya telah berakhir manakala ia dipertemukan dengan sang Putri. ⠀ ⠀
⠀ ⠀ "Hmph, bagaimana bisa mereka menyebutmu 'putri' tanpa pengawalan elit." Satir dari Dainsleif berhenti di sini. Tiada akan ada ujungnya bila terus lanjut membicarakan kelompok busuk itu. Ia pun masih perlu tenaga untuk memasang topeng tegar di atas cedera yang memuntir. * ⠀ ⠀